Book Review

Lunar Eclipse — Nindya Chitra: Manusia dan Emosinya Bisa Menjadi Kombinasi Paling Merusak

May 10, 2018

Source: Instagram @deeandbooks

Judul: Lunar Eclipse
Penulis: Nindya Chitra
Penerbit: Elex Media Komputindo
Rating: 4.85/5 🌟

Blurb

Serena Aldyathena tak pernah menyangka mimpi buruk yang kerap hadir dalan tidurnya merupakan terbukanya gerbang kegelapan. Sebuah kecelakaan menghentikan mimpi-mimpinya, lantas menukarnya dengan kemampuan berinteraksi dengan mereka yang berdiri di ambang hidup dan mati.

Kenzie Reynand Praditana menyandang gelar indigo di belakang predikat most wanted di SMA Prisma Jaya. Dia memanfaatkan kemampuan tak wajarnya untuk mendapat perhatian semua orang dan menjahili hantu-hantu penghuni sekolah.

Sebuah tragedi melibatkan Serena dan Ken dalam pencarian kebenaran atas kematian sesosok hantu misterius. Satu per satu tabir tersingkap. Pencarian mereka bermuara pada satu titik di mana jawaban atas mimpi buruk yang pernah menghantui Serena menunjukkan bahwa mimpi tersebut bukan bunga tidur belaka. Dia memperkenalkan diri sebagai sesuatu yang lebih pekat dari kegelapan, lebih mengerikan dari kematian, dan lebih menyeramkan dari hantu mana pun tapi tak dapat diingkirkan tanpa meninggalkan bekas. Sebab, manusia dan emosinya bisa menjadi kombinasi paling merusak yang pernah ada.

Tokoh dan Penokohan

Serena, dia menyembunyikan 'penglihatannya' dari orang lain, kecuali keluarganya. Tapi akhirnya Ken mengetahui kemampuan Serena karena satu masalah tentang hantu misterius yang melibatkan keduanya. Di sini, saya akhirnya sadar jika perasaan benci Serena kepada Ken sebenarnya berdasar pada rasa peduli, karena Ken yang bermulut besar. Nah, Serena memang seorang yang peduli dan bertanggungjawab. Bukan sosok drama queen, yang membuat dia menjadi salah satu lead female char favorit saya.

Karen digambarkan sebagai sosok yang bijak, dan cukup dewasa sebagai pemimpin. Oke, memang penokohan Karen dibuat cocok dengan jabatannya sebagai ketua OSIS. Tapi, saya merasa sebijak-bijaknya Karen, dia masih punya sifat selfish. Apalagi saat ada masalah tentang saudara kembarnya—Kinan—yang belakangan dia baru tahu jika Serena sudah mengetahui masalah yang menimpa Kinan. Nah, karena inilah, saya yang awalnya menyukai Karen, terpaksa menjadikannya nomor dua.

Lalu Ken. Awalnya saya terprovokasi oleh Serena dan—sedikit—membenci Ken. Penokohannya memang unik—cowok yang suka menggosip, terutama tentang kemampuannya. Tapi entah kenapa, saya justru merasa penulis lebih menyayangi Ken. Porsinya cukup besar dalam cerita. Dan, saat ia mulai dekat dengan Serena, saya sadar jika dia sesombong-sombongnya Ken, dia masih punya sifat peduli—bahkan sangat peduli kepada orang-orang yang dia putuskan untuk peduli pada mereka. Dan, sifat charmingnya akhirnya bisa meluluhlantakkan pertahanan saya. Entah kenapa sosok Ken tersda begitu hidup di mata saya.

Adriana Kinanti. Saudari kembar Karen yang memiliki kemampuan astral project. Suka dengan hal-hal mistis. Dia tinggal di Jogja dengan ibunya.

Gaya Bahasa dan Diksi

Hal yang sering mempengaruhi mood baca saya adalah gaya bahasa dan diksi yang digunakan penulis. Dari segi bahasa dan diksinya—meskipun berlabel LiT—Lunar Eclipse merupakan salah satu novel dengan 'ciri khas'. Penulis tidak menggunakan bahasa sastra tingkat tinggi, tidak ada majas-majas rumit bertebaran di sana-sini. Kalimat-kalimat dalam narasi, mayoritas lugas dan jelas. Tidak ada pengandaian yang tidak perlu. Namun, diksi yang digunakan penulis variatif, untuk bisa membawa suasana hati pembaca masuk ke dalam cerita dan merasakan setiap momen—senang, takut, sedih, haru, dsb. Intinya, tanpa bahasa dan diksi yang rumit, penulis berhasil membawakan sebuah cerita bergenre teenlit dengan 'elegan'. Ada beberapa bahasa santai dan istilah kekinian yang digunakan dalam dialog, yang menurut saya sah-sah saja—justru diperlukan—untuk mendukung penokohan, dan genre teenlit yang diambil.

Sudut Pandang

Novel ini ditulis menggunakan PoV 1. Tbh, sebenarnya saya selalu menghindari PoV 1, karena kadang ada detail-detail tidak penting yang dimasukkan. Juga, karena menurut saya kurang menantang. Karena kita hanya bisa mengetahui sudut pandang salah satu tokoh. Tapi entah kenapa, saya merasa klik dengan LE. Apalagi sudut pandang yg digunakan adalah PoV Serena. Sangat seru untuk diikuti, apalagi ketika saya bisa mengetahui ketakutan terpendam Serena.

Salah satu hal yang saya sukai dalam novel ini adalah, meskipun diceritakan dari sudut pandang Serena, tapi tidak Serena-oriented. Ada banyak hal baru yang bisa saya pelajari. Sejarah salah satu tempat di Bandung, hingga astral project yang semuanya dijelaskan dengan menarik, cukup detail, dan, seperti yang saya tulis kemarin, pengolahan kalimatnya sangat pintar sehingga Serena tidak terkesan 'terlalu' tahu.

Setting dan Alur

Lunar Eclipse mengambil setting di kota kembang, Bandung. Tempat yang dipilih penulis memang cocok untuk genre misteri/horor—dan roman ringan—yang dibawakan. Setting digambarkan dengan jelas, meskipun tidak terlalu detail—penggambaran yang terlalu detail bisa membuat pembaca bosan. Tapi, cukup untuk membawa pembaca masuk ke dalam cerita. Lalu, penggambaran 'dunia' tak terlihat—yang entah bagaimana, bisa diolah dan diceritakan sedemikian apiknya, sehingga pertanyaan, "kamu indigo?" sempat saya lontarkan kepada penulis lantaran suasana astral yang terasa begitu nyata.

Alur cepat, tapi santai. Ada beberapa time jump, tapi tidak menghilangkan bagian penting dari cerita. Awalnya, saya sempat mengira akan ada selingan humor, karena ulah Ken yang menjahili salah satu hantu sekolah sukses membuat saya tertawa. Lalu, semakin kebelakang, suasana misteri dan mistisnya semakin kental. Semakin misterius dan semakin membuat saya bertanya-tanya, "siapakah dalangnya?".

Pada intinya, satu kata yang bisa menggambarkan Lunar Eclipse adalah komplit. Misteri, horor, thriller, sampai romance, bisa kamu jumpai di novel ini. Paket lengkap untuk sebuah buku kan?

Saya menyukai hampir semua bagian. Terutama tokoh-tokohnya; Serena yang bertanggungjawab, seorang penuntut keadilan, Karen dengan sifat bijak, kalem, dan pemaafnya, Kinan dengan keberaniannya, dan Ken dengan sifat humoris dan, uh, perhatiannya pada Serena. Dan favorit saya? Ah, sudah pasti Dedek Kenzie. Tapi terlepas dari siapa yang paling saya sukai, penulis memberikan ruang bagi masing-masing tokoh untuk bersinar.

Banyak hal tidak terduga di sini. Apalagi bagian konflik dan hantu misterius yang di sebutkan di sinopsis, yang benar-benar mengejutkan. Penggambaran suasana horornya boleh banget, walaupun tidak terlalu mencekam—and that's really fine for me. Romannya meskipun ringan, tapi juga berkesan. Sangat berkesan malah. Cara penulis memainkan emosi pembaca pun patut diacungi jempol.

Tapi, ada beberapa alasan kenapa saya belum bisa memberikan full stars. Yang pertama, karena masih ada typo. Sebenarnya tidak bertebaran di sana-sini, tidak juga mengganggu makna suatu kalimat, hanya saja, menurut saya bisa lebih diperbaiki. Ada beberapa hal yang terkesan janggal; momen di mana Karen bertemu dengan Kinan di sebuah kafe—Kinan kabur dan Karen tidak mengejarnya, Karen justru tampak pasrah. Padahal dia sudah berusaha mencari-cari Kinan selama ini. Dan yang terakhir, saya rasa klimaks Kinan kurang begitu ngena. Padahal inilah yang saya nantikan.

Tapi, hal-hal tersebut sebenarnya ditutupi oleh story-tellingnya yang sangat bagus. Yang pasti penulis berhasil membuat satu cerita yang benar-benar berkesan.

You Might Also Like

1 comments

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    ReplyDelete