Aku disini.... sendiri. Namun tak benar-benar sendiri. Rasa itu, menemaniku disini. Rasa kagumku kepadamu, yang kian lama berubah menjadi benci.
Sebenarnya bukan benci. Namun, harus kupaksa nuraniku untuk menyebutnya demikian, agar aku mampu melupakanmu.
Dulu... aku hampir saja berhasil melakukannya. Hampir, ya, hampir saja. Kala itu aku tak lagi merindukan pesa singkat darimu. Bahkan lebih dari itu, aku mampu mengacuhkanmu.
Lalu kau kembali datang, saat sanubariku sedang bimbang. Menghadapi problematika kehidupan.
Kau datang saat aku tak mempunyai pilihan lain selain menjadikanmu tempat pelarian. Dan lagi-lagi aku harus terbiasa menjalani hari dengan bayang-bayangmu yang bergelanyut dibenakku.
Dan seperti biasanya, sekali lagi kau menghilang tanpa jejak. Meninggalkanku tanpa permisi.
Dan tentu aku kembali merindukanmu. Namun aku harus melupakanmu. Kurasa cukup mudah kali ini, karena aku pernah melakukannya, dan sekarang aku hanya perlu mengulanginya.
Dan aku berhasil *hampir*, ya, aku hampir berhasil mengacuhkanmu -lagi-. Namun anehnya, rasa itu bukannya pergi justru kian membelengguku. Tapi TIDAK. Sekeras apapun itu akan kucoba. Berhenti mengagumimu, berhenti merindukanmu, dan berhenti berharap padamu.
Dan kau perlu tahu, mulai detik ini aku TAK LAGI menjadi pengagum rahasiamu. Jika kau ingin kita seperti dulu, mulailah dari awal dan jangan melakukan kebodohan yang sama.
Aku lelah, menjadi bagian tak berarti dalam kisahmu.
Untukmu,
yang pernah
mengisi hatiku,
dan tentu pernah
menggoreskan luka
diatasnya.